Anjing-Anjing Itu "Gong-gong"

Anjing-anjing itu telah 'gong-gong'
melahirkan juta rasa yang loya
di sisi malam bertemankan bulan miang
dan sang pungguk berlagak tenang
persis pendita kadim yang lugut
melayarkan bahasa berjiwa-jiwa
kononnya bulan akan jatuh ke riba

dan anjing-anjing itu terus 'gong-gong'
semakin amarah, semakin lawwamah
sedang bulan semakin jarang ditutup awan
maka terserlahkah kecantikan?
atau kejengkelan?
tidak siapa memperduli
suara-suara itu bersendiri

dan anjing-anjing itu masih 'gong-gong'
masih menyalak pada bulan
masih menyalak pada pungguk
yang tidak jemu berangan
membina pengaruh di pohon berdaki
banyak jiwa yang tak punya isi.

Anjing-anjing itu tetap 'gong-gong'
selagi ada lorong ....

.
Angah Arie
Sengal , Seremban N9270312 06:00

Sekali Ini

Ke mana menghilang

wiramamu yang berkumandang

mendendangkan syair puisi

bersama lagu-laguanmu

membimbit rasa pilu

Manakah wajahmu

melukis bayangan suria

senyuman bersilang seloka

bersama manja-manjaanmu

membimbit rasa rindu

Angin malam

memeluk erti sepi ini

penaku pun menjadi duri

mencari kekuatan simfoni

sekali ini

.

Angah Arie

Diari Biru, Seremban N9

23032012 22:00

Badai

Angkasa penuh dengan cerita
semakin kulihat wajah birunya
dari kaki langit hingga ke teratak bumi
dari seluas lautan 
kini telah melandai dataran, aduhai
semakin aduhai ...
beginikah sudahnya
musnah kota
lenyap desa
meninggalkan hanya tanda tanya
dan pengajaran yang masih tertangguh
sedang ...
ada jejak yang telah hilang
ada rencam rasa yang kian datang
ada takut yang kian menjulang
ada harapan yang bergelimpang
namun
masih sedikit yang ambil iktibar
masih ramai yang tidak sedar
akan Kekuasaan.

Lautanpun sudah semakin marah.

.
Angah Arie 
Delusani, Seremban N9
18032012 05:40

Kata - Pisau Lipat

Kata itu laksana pisau lipat
kadang berkilat kadang berkarat
indah dan tajamnya
terpulang pada yang memegang
jagalah dengan rapi
biar terserlah kilat terhindar karat
janganlah nanti
ada hati yang menungnya tersiat-siat

Moga kata berkata sesudah menimbang tara
kita hanya di maya cuma.

.
Angah Arie
Di hujung pena, Seremban N9
18032012 12:30

Kasihan Sungguh

Kasihan sungguh

Maharaja pergi berburu di rimba

tinggallah permaisuri menjaga kota

tanpa diberi mandat dan kuasa

Kasihan sungguh
Maharaja pergi tanpa memberi amanat
tinggallah para menteri yang membina pengaruh
tinggalkan parut yang dibina dengan angkuh
sesuka hati membelakangkan permaisuri
kotapun dilandai badai yang meriuh

begitulah sudahnya, apabila kuasa ditangan melata
hamba rakyat menjadi mangsa, gugur satu demi satunya
tanpa ada yang mampu bersuara,
tanpa ada yang diterima pandangannya
kuasa tetap kuasa ditangan yang meraja
hingga nasihat pemaisuripun ditentang dengan sesinis bahasa
pemaisuripun menjadilah patung angkara yang melupa jasa
menumpang disebalik kuasa yang diberikan padanya
mungkinkah mereka kesayangan maharaja

aduhai kasihan sungguh...
suatu masa maharaja akan pulang
namun sayang masa itu rakyat telah berkurang
kota yang damai dulunya, kini menjadi suram
meninggalkan sejarah rakyat menanggung malam yang terpendam

pada para menteri yang kononnya bijaksana
gunakanlah hak berfikir sebelum hak untuk bertindak
gunakan cara yang cukup berhemah, jangan terlalu berambisi
permaisuri masih hidup berikanlah hormatmu seperti menghormati maharaja
dan tak salah kalau menunduk, dunia pasti kan senang hati
dari mendabik dada mendongak langit, dalam diam, ramai yang membenci
moga semua saling hormat menghormati
moga kota tidak menjadi sunyi dan sepi.

kasihan sungguh

.
Angah Arie
Delusani, Seremban N9
18032012

JARUM : Gema Suara Dari Lautan Yang Ini

 

Seringkali terdengar gema suara dari lautan yang ini

berdondang sayang melagu tohmahan buat si pantai putih

menceritakan tentang itu ini dan itu ini : hanyir baunya

dan gelora yang beralun mengikut naluri nafsu

merangsang angin-angin senja itu

memacu telunjuk memanggil pengaruh

di sisi alam yang tidaklah bodoh, difikirkan sebegitu rupa?

sebegitupun ombak mencanang riuh

ke dataran jua menjadi buih

sedang...

anak-anak nelayan si pantai putih

menjeling sinis senyumannya menyindir

menyambut 'suara dari lautan yang ini' yang itu

isinya tin kosong, lompong dan lohong

aduhai kasihan ... .

Jauhari masih mengenal manikam

walau di tanganmu jarum tajam.

.

Angah Arie

Di hujung pena, Seremban N9

16032012 22:20

Hakikat

Aku lahir sebagai manusia

meninggalku juga sebagai manusia

aku hidup sebagai haiwan

matiku juga sebagai haiwan

aku ada sebagai isi alam

hilangku juga sebagai isi alam

aku menjadi apa saja

menurut kehendak Tuhanku.

Hakikat perjuangan ini

aku lapar dan dahaga

siapa harus hulurkan

setanggi kasturi impian

dalam perjalananku memikat 

cahaya atau api.

Roh bersantai di nyali.

~Angah Arie~

@Delusani, Seremban N9

14032012 06:45

Bahtera Belayar

Bahteramu berlayar malam
di dalam selimut bermandi peluh
bahteramu berlayar siang
di bawah mentari bermandi peluh
bahteramu berlayar senja
di antara usia bermandi peluh
bahteramu berhenti berlayar
masihkah bermandi peluh?

Bahteramu berlayar di hujung hari
di hitung bekalan bermandi peluh
aduhai hati...
kembali keharibaan Ilahi

.
Angah Arie
Delusani, Seremban N9
13032012 04:00

KUALA LUMPUR : Angin-angin itu datang dari jauh

Angin-angin itu datang dari jauh
membawa sebenderang khabaran dari kota yang berlumpur.

Kuala lumpur: kota mewah
begitu masyhur laksana kuala yang mengumpul lumpur
dihujani manusia-manusia yang membimbit anarki
moraliti, keilmuan dan keinsanan ditelanjangi teknologi
bersama lendir kahak liberalisasi yang membeli hati dan budi
lalu begitu lebatlah 'hujan dosa' menyinggah lewat senjanya

Kuala lumpur : kota alpa
lupa zaman buaian, orang muda melepas batuk di tangga, terlupa jasa
lupa zaman bermandi peluh, hingga hilang kudrat datang larat yang sarat
lama hanyut di tengah kota, budak mentah melihat dunia
lama terhimpit di pinggir kota, si arkordion buta menjual lagu nasihatnya
dari jauh aku menyambut berita dengan luruh rasa

Kuala lumpur : tinggal nama
di sana telah lama aku tinggalkan derita dan lara
di sini angin lebih mesra, membawa aroma jagung panas
segar dalam kehidupan petangku.

Angah Arie
Hujung Pena, Seremban
03032012 06:40